SpongeBob SquarePants

Rabu, 13 Agustus 2014

About Madhure


PULAU MADURA

Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.250 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali), dengan penduduk sekitar 4 juta jiwa.
Madura dibagi menjadi empat kabupaten, yaitu:
  1. Bangkalan
  2. Sampang
  3. Pamekasan
  4. Sumenep
Pulau ini termasuk provinsi Jawa Timur dan memiliki nomor kendaraan bermotor sendiri, yaitu “M”.

Ciri khas orang madura:
1. perawakan mereka yang sedikit keras
2. laki laki di madura identik degan kumis tebal, pakaian khas, serta celuritnya

3. mempunyai logat bahasa yang unik
4. menyukai warna yang mencolok
5. suka terhadap aksesoris yang meriah dan warna warni 
6. kuat akan agamanya (islam)


Budaya daerah madura
   ragam budayayang dimiliki oleh suku maduramemang sangat banyak sekali, saya akan memjelaskan beberapa 
Yang pertama adalah acara perkawinan :

Prosesi Adat ( Lamaran )

Sebelum dilakukan lamaran biasanya di Madura didahului dengan adanya :

~  Ngangini ( memberi angin / memberi kabar )
~  Arabar pagar ( membabat pagar / perkenalan antar orang tua)
~  Alamar nyaba ” Jajan ”
~  Ater tolo ( mengantar bedak perlengk.apan kecantikan, beras, pakaian adat untuk lebaran )
~  Nyeddek temmo ( menentukan tanggal hari H perkawinan ).
 Acara Sebelum dan Pada Saat Perkawinan
Perawatan untuk calon mempelai wanita, 40 hari sebelum melangsungkan pernikahan biasanya calon mempelai wanita Madura sudah dipingit artinya dilarang meninggalkan rumah, dalam masa ini biasanya calon mempelai melakukan perawatan-perawatan tubuh dengan:

~  Meminum ramuan jamu Madura.
~  Untuk perawatan kulit menggunakan:

~  Bedak penghalus kulit
~  Bedak dingin
~  Bedak mangir wangi
~  Bedak kamoridhan
~  Bedak bida, Yang berkhasiat:

~  Menjaga kesehatan kulit
~  Menghaluskan kulit muka
~  Menjadikan kulit langsat kuning
~  Menghilangkan bau badan dll.

 Menghindarkan makanan yang banyak mengandung air misalnya buah-buahan ( nanas, mentimun, pepaya, ) Perawatan rambut wangi-wangian menggunakan dupa.
Upacara Pernikahan

Pada saat melangsungkan pernikahan calon mempelai pria mengenakan beskaic blangkon, dan kain panjang dengan diiringi oleh orang tua, pini sepuh dan kerabat keluarga.

Sedangkan untuk calon mempelai wanita menggunakan kebaya dan kain panjang dengan dandanan sederhana. Upacara Akad Nikah dilaksanakan oleh penghulu dengan dua orang saksi ( Ijab Kabul ) dengan disaksikan oleh para undangan yang pada umumnya dengan mas kawin berupa Al Qur’an dan Sajadah ( bentuk apa saja menurut kehendak ) dan selanjutnya dengan syukuran bersama. Maka resmilah anak gadisnya menjadi istri dari anak keluarga laki-lakinya. Kemudian mempelai laki-laki pulang dulu kerumahnya dilanjutkan dengan resepsi pernikahan pada malam harinya.

Yang kedua ada proses upacara pelet kandung


Ketika masa kehamilannya telah mencapai tujuh bulan, maka keluarganya akan menghubungi dukun baji untuk memberitahukan dan sekaligus memintanya menjadi pemimpin upacara pelet kandung. Selain itu, pihak keluarga juga menyampaikan undangan kepada para kerabat dan tetangga terdekat untuk ikut menghadiri upacara.

Upacara diawali dengan pembacaan ayat-ayat Al Quran (Surat Yusuf dan Maryam) oleh para undangan laki-laki yang dipimpin oleh seorang Kyae. Sementara mereka membaca ayat-ayat Al Quran, di dalam bilik perempuan yang mengandung itu mulai dilaksanakan prosesi pelet kandung. Dukun baji mulai memelet atau memijat bagian perut perempuan tersebut dengan menggunakan minyak kelapa. Maksud dari tindakan ini adalah untuk mengatur posisi bayi di dalam kandungan.

Saat si perempuan hamil sedang dipelet, para kerabatnya yang perempuan, secara bergantian mendatangi dan mengusap perutnya. Sambil mengusap perut, mereka memanjatkan doa dan harapan agar si perempuan beserta bayi yang dikandungnya selalu dalam lindungan Tuhan.

Usai dipelet, perempuan hamil tersebut dibimbing oleh sang dukun baji ke tempat seekor ayam yang sebelumnya telah diikat pada salah satu kaki tempat tidur. Saat berada di dekat ayam, si perempuan hamil diharuskan untuk menyepak hingga sang ayam kesakitan dan berbunyi “keok”. Selanjutnya ayam yang masih terikat itu dilepaskan dan dikurung di belakang rumah. Apabila upacara telah selesai, ayam itu akan diserahkan kepada dukun baji sebagai ucapan terima kasih.

Lalu, perempuan hamil itu kemudian diselimuti dengan kain putih dan diminta untuk menginjak sebutir kelapa muda dengan kaki kanan. Selanjutnya, ia diminta lagi untuk menginjak telur mentah dengan kaki kiri. Apabila telur berhasil dipecahkan, maka bayi yang dikandung diramalkan akan berjenis kelamin laki-laki. Namun, apabila telur tidak berhasil dipecahkan, sang dukun akan mengambil dan menggelindingkannya dari perut perempuan hamil itu. Saat telur pecah, orang-orang yang hadir di ruangan itu seretak berucap “jebing, jebing”, yang mengandung makna bahwa kelak bayi yang dikandung diramalkan akan berjenis kelamin perempuan.

Selanjutnya, perempuan hamil tersebut dibimbing oleh dukun baji ke belakang rumah untuk menjalani prosesi pemandian. Ia kemudian didudukkan di sebuah bangku kayu yang rendah dan di dekatnya disediakan air komkoman pada sebuah periuk tanah. Setelah itu, sang dukun baji sambil memegang gayung yang terbuat dari tempurung kelapa dan ranting beringin, memasukkan uang logam ke dalam komkoman dan mulai memandikan perempuan hamil itu. Sesudah dukun selesai mengguyur, maka satu-persatu perempuan kaum kerabatnya mulai bergiliran mengguyur hingga air di dalam komkoman habis.

Selesai dimandikan, ia dibawa masuk lagi ke kamarnya untuk dirias dan dipakaikan busana yang paling bagus. Kemudian, ia dibawa menuju ke ruang tamu untuk diperlihatkan kepada para hadirin. Saat itu, para hadirin akan mengucapkan kata-kata “radin, radin”, yang artinya “cantik”. Ucapan itu dimaksudkan sebagai persetujuan hadirin bahwa pakaian yang dikenakannya sudah serasi dan sesuai.

Setelah itu, acara diteruskan dengan penyerahan dua buah cengker yang telah digambari Arjuna dan Sembodro kepada Kyae untuk didoakan. Setelah selesai pembacaan doa yang diamini oleh segenap yang hadir, Kyae lalu menyerakan kedua cengker tersebut kepada mertua perempuan untuk diletakkan di tempat tidur menantu perempuannya yang sedang hamil itu. Sebagai catatan, cengker itu tetap ditaruh di tempat tidur hingga si perempuan melahirkan bayinya. Dan, dengan adanya cengker di sisi tempat tidurnya, maka sejak saat itu suaminya tidak diperkenankan lagi menggauli hingga bayi yang dikandungnya lahir dan telah berumur 40 hari.

Selanjutnya, perempuan hamil itu dibawa masuk lagi ke dalam kamarnya dan diberi minum jamu dek cacing towa yang ditempatkan dalam sebuah cengkelongan (tempurung gading). Setelah jamu dek cacing towa diminum, maka cengkelongan itu segera dilemparkan ke tanean (halaman). Apabila cengkelongan jatuhnya tertelentang, maka bayi yang akan lahir diperkirakan berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan, apabila tertelungkup, maka bayi yang akan lahir diperkirakan berjenis kelamin perempuan.

Setelah itu, si perempuan hamil disuapi dengan sedikit nasi ponar (nasi kuning), ketan yang diberi warna kuning dan telur rebus. Makanan itu tidak dimakan sampai habis. Dengan berakhirnya tahap pemberian nasi ponar ini, berakhirlah seluruh rentetan upacara pelet kandung.

Sebagai catatan, sejak saat diadakan upacara nandai, pelet kandung, hingga melahirkan, perempuan yang sedang hamil itu harus mematuhi berbagai macam pantangan, baik pantangan memakan makanan tertentu maupun pantangan melakukan perbuatan tertentu. Pantangan yang berupa makanan diantaranya adalah:
  1. pantang memakan juko lake (sejenis binatang yang bersengat),
  2. kepiting,
  3. bilang senyong,
  4. me eme parsong (sejenis cumi-cumi),
  5. daging kambing,
  6. ce cek (kerupuk rambak),
  7. petis,
  8. nenas muda,
  9. durian,
  10. tepu,
  11. mangga kweni lembayung,
  12. dan plotan lembur.
Apabila pantangan ini dilanggar, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti: keguguran, bayi yang dikandung terkena saban (sawan), proses melahirkan tidak lancar, dan banyak darah yang keluar pada saat melahirkan.

Sedangkan pantangan yang berupa tindakan atau perbuatan diantaranya adalah: 
  1. tidak boleh kerja berat berat, 
  2. bekerja secara tergesa-gesa dan mendadak, 
  3. berjalan cepat, 
  4. naik-turun tangga, 
  5. menyiksa binatang, 
  6. tidur melingkar, 
  7. duduk di ambang pintu, etampe (makan sambil menyangga piring), 
  8. san rasanan (bergunjing, mencela, menyumpah, dan bertengkar dengan orang lain), 
  9. dan bersenggama pada hari-hari tertentu (Selasa, Rabu, Sabtu dan Minggu).
Apabila pantangan-pantangan ini dilanggar, sebagian masyarakat Madura percaya bahwa kandungan yang nantinya akan dilahirkan akan mengalami cacat.

Yang ketiga yaitu karapan sapi

Pelaksanaan Karapan Sapi dibagi dalam empat babak, yaitu : babak pertama, seluruh sapi diadu kecepatannya dalam dua pasang untuk memisahkan kelompok menang dan kelompok kalah. Pada babak ini semua sapi yang menang maupun yang kalah dapat bertanding lagi sesuai dengan kelompoknya.
Babak kedua atau babak pemilihan kembali, pasangan sapi pada kelompok menang akan dipertandingkan kembali, demikian sama halnya dengan sapi-sapi di kelompok kalah, dan pada babak ini semua pasangan dari kelompok menang dan kalah tidak boleh bertanding kembali kecuali beberapa pasang sapi yang memempati kemenangan urutan teratas di masing-masing kelompok.
babak Ketiga atau semifinal, pada babak ini masing sapi yang menang pada masing-masing kelompok diadu kembali untuk menentukan tiga pasang sapi pemenang dan tiga sapi dari kelompok kalah. Pada babak keempat atau babak final, diadakan untuk menentukan juara I, II, dan III dari kelompok kalah.
ini saya tampilkan video tentang karapan sapi, bagi yang belum pernah menyaksikan:






Makanan khas madura
beraneka ragam makanan khas asal madura, yang tentunya banyak digemari di nusantara. contohnya
1. sate madura
2. soto daging khas madura
3. kue tatabun
4. nasek serpang
5. nasi jagung
6. kaldu soto
7. dan lain lain yang tentu menggoda selera


sumber artikel
Sumber artikel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar